Sat. Aug 23rd, 2025
Perang Perbatasan Thailand-Kamboja Memanas: 16 Tewas, 120.000 Warga Mengungsi
Perang Perbatasan Thailand-Kamboja Memanas: 16 Tewas, 120.000 Warga Mengungsi

Konflik Meluas ke 12 Titik, Dunia Desak Gencatan Senjata

Perang Perbatasan Thailand-Kamboja yang meletus pada Kamis (24/7/2025) terus meningkat hingga Jumat (25/7/2025), menewaskan 16 orang dan memaksa lebih dari 120.000 warga mengungsi dari wilayah perbatasan. Pertempuran sengit, yang melibatkan roket, artileri, dan serangan udara, kini meluas ke 12 lokasi, memperburuk situasi kemanusiaan di kedua negara. Thailand dan Kamboja saling menuding sebagai pemicu konflik, sementara dunia mendesak gencatan senjata untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Perdana Menteri Sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, memperingatkan bahwa konflik ini berpotensi menjadi perang penuh jika tidak segera diredam. Dengan demikian, tekanan internasional, termasuk dari ASEAN, AS, dan China, meningkat untuk mendorong dialog damai guna mengakhiri kekerasan yang telah mengguncang kawasan Asia Tenggara ini.

Perang Perbatasan Thailand-Kamboja dan Dampak Kemanusiaan

Pertempuran di wilayah sengketa dekat Kuil Ta Muen Thom telah menyebabkan kerugian besar di kedua sisi perbatasan. Berikut adalah poin-poin utama dari situasi terkini:

  • Korban dan Kerusakan:
    • Thailand melaporkan 15 kematian, termasuk 14 warga sipil dan satu tentara, dengan 30 warga sipil serta 15 tentara terluka akibat serangan roket dan artileri Kamboja di provinsi seperti Surin dan Sisaket.
    • Di Kamboja, pejabat di Provinsi Oddar Meanchey melaporkan satu warga sipil tewas dan lima lainnya luka-luka akibat serangan Thailand.
    • Konflik ini menandai bentrokan paling mematikan dalam lebih dari satu dekade, dengan kerusakan signifikan pada infrastruktur sipil, termasuk rumah, rumah sakit, dan stasiun bahan bakar.
  • Evakuasi Massal:
    • Thailand mengevakuasi 100.672 warga dari provinsi Surin, Sisaket, Buriram, dan Ubon Ratchathani ke tempat perlindungan seperti universitas dan kompleks olahraga.
    • Kamboja melaporkan evakuasi sekitar 20.000 warga dari Oddar Meanchey, dengan 1.500 keluarga dipindahkan ke tempat aman seperti pagoda dan sekolah.
    • Ribuan warga, termasuk anak-anak dan lansia, kini berada di tempat penampungan dengan kondisi penuh sesak, menghadapi tantangan panas dan keterbatasan fasilitas.
  • Eskalasi Militer:
    • Thailand menuduh Kamboja memulai serangan dengan menerbangkan drone dan meluncurkan roket BM-21 ke wilayah sipil di Distrik Phanom Dong Rak, Surin.
    • Sebagai respons, Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menyerang pangkalan militer Kamboja, sementara Kamboja mengeklaim bertindak untuk membela diri dari agresi Thailand.
    • Konflik kini meluas dari enam menjadi 12 titik di sepanjang perbatasan sepanjang 817 km, dengan penggunaan senjata berat seperti artileri dan roket.
  • Konteks dan Penyebab Konflik:
    • Ketegangan berakar pada sengketa perbatasan sejak peta kolonial Prancis 1907, dengan titik panas di sekitar Kuil Ta Muen Thom dan Preah Vihear.
    • Eskalasi terbaru dipicu oleh insiden Mei 2025, ketika seorang tentara Kamboja tewas, diikuti oleh ledakan ranjau yang melukai lima tentara Thailand pada Juli.
    • Kebocoran percakapan telepon antara PM Thailand Paetongtarn Shinawatra dan Hun Sen memicu kemarahan nasionalis, memperburuk hubungan diplomatik.

Respons Regional dan Internasional Terhadap Perang Perbatasan Thailand-Kamboja

ASEAN, di bawah kepemimpinan Malaysia, mendesak kedua negara menghentikan pertempuran. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, melaporkan adanya sinyal positif dari kedua pihak untuk berdialog, meskipun Perang Perbatasan Thailand-Kamboja berlanjut hingga Jumat pagi. Sementara itu, China, AS, dan Uni Eropa juga menyerukan gencatan senjata, dengan Dewan Keamanan PBB dijadwalkan membahas krisis ini pada Jumat sore.

Di Thailand, Phumtham Wechayachai menegaskan bahwa negosiasi hanya mungkin dilakukan setelah pertempuran berhenti, sementara Kamboja meminta sidang darurat PBB untuk mengecam agresi Thailand. Oleh karena itu, mediasi internasional menjadi krusial untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.

Dampak Kemanusiaan dan Harapan Damai

Konflik ini telah mengguncang komunitas di kedua sisi perbatasan, dengan warga sipil menghadapi ketakutan dan ketidakpastian. Di Surin, warga seperti Phaiboon Yerngram terpaksa mengungsi bersama keluarga setelah mendengar tembakan dan ledakan. Sementara itu, di Kamboja, warga seperti Chhan Rorn Yon memilih bertahan di desa mereka meski khawatir akan keselamatan.

Dengan eskalasi yang mengkhawatirkan, dunia menanti langkah konkret dari Thailand dan Kamboja untuk meredakan ketegangan. Oleh karena itu, dialog yang difasilitasi ASEAN atau PBB menjadi harapan utama untuk mengembalikan stabilitas di kawasan, melindungi warga sipil, dan mencegah Perang Perbatasan Thailand-Kamboja skala penuh .